Monday, December 31, 2007

Liverpool, Anfield and The Kop. You’ll never walk alone




I was becoming a big fan of Liverpool FC when I was 9 years old. Until now my love and supports to this club much more imposingly bigger and bigger. I will be fan of this club until the last day of my life. LIVERPOOL FOREVER. There is no such a fanatic and loyal supporters in the world like Liverpool’s fans. We were habitual sing “You’ll never walk alone” in every game that Liverpool played, home or away. We are the 12th player for Liverpool. I’m excessively contented and rightfully proud to be fan of Liverpool.

December 30. 2007, last night we were watch together our Liverpool’s away match versus Manchester City in Terazza Café at Suria Sumantri street. This agenda was an initiative of BIG REDS Indonesia as usual gathering watch in every match of Liverpool at weekend. And by coincide of that match, yesterday was the 8th anniversary of BIG REDS. So we were celebrate together the anniversary after halftime, we were slice that simple anniversary’s cake scattered by chocolate. Everyone feels so much happy and get their own drink and cake. When second half kick off begin we were focus back to the match while habitually singing “You’ll never walk alone” together and loudly, like as we were in the stadium. Although we were playing so well last night, had a lot of chances, shot attempts and lead the ball position in second half. We can’t afford to take 3 point, the game was ending draw 0 – 0. The city was so lucky they were hold us tight. Nevermind we still got a lot of games ahead to be win.

Oh…ya, about BIG REDS Indonesia, this is an official Liverpool FC supporters in Indonesia. They had lot of members from all over Indonesia. Besides of this official supporter there are lots of unregistered individual persons who love Liverpool all over Indonesia.
Here you can contact BIG REDS Indonesia :
Website BIG REDS : http://www.big-reds.org
Forum BIG REDS : http://forum.big-reds.org
Milis BIG REDS :
big-reds-subscribe@yahoogroups.com

Sunday, December 30, 2007

Truth of your subsistence


Greeting for the dawn
Look this day
This day is life, our subsistence, life from the life.
Don’t you realize in the twinkling of an eye
life has reveal all sorts of the truth from our shape.
Blessing of growth
Good job
Beauty of conquest
Sweetness of success
Because yesterday not more than a dream
And tomorrow just a shade
But this day when you live in order and perfect,
It has make yesterday as a wonderful dream to remember.
Each tomorrow is shade of loaded hope
So take a look at this day,
This is the greeting for the dawn.

Chamber Music Series di Pusat Kebudayaan Perancis ( CCF ) Bandung




Classic music has always anesthetized our soul, reflect an ambience of emotional and the depth of tranquility. Seperti konser Chamber Music Series yang digelar di Auditorium CCF ( Pusat Kebudyaan Perancis ) Bandung beberapa waktu yang lalu ( 17 Desember 2007, 19:30 WIB ). Ini adalah seri konser ketiga yang diadakan oleh Chamber Music ( www.chambermusic.co.id ) dari total enam seri konser yang dijadwalkan. Dan sayangnya aku melewatkan seri pertama ( 26 Oktober 2007 ) menampilkan Marcel Becker ( double bass ) dan Ary Sutedja ( piano ). Serta seri kedua ( 15 November 2007 ) yang menampilkan Jean-Paul Minali Bella ( arpegina ) dan Dana Ciocarlié ( piano ). Chamber Music Series ini sangat memberikan hiburan “a muse music performance” dan tontonan yang comfort, karena menampilkan “virtuoso and young talented musicians”. Ditengah jarangnya konser musik klasik di Bandung ini.

Acara konser Chamber Music Series ini kemarin malam dimulai pada pukul 19:40 WIB, telat lebih kurang 10 menit. Tapi aku sudah berada di CCF pada pukul 19:00 WIB. Aku langsung beli tiket seharga 20 ribu rupiah dimeja penjualan tiket persis didepan pintu masuk auditorium, setelah tiketku disobek aku langsung masuk kedalam dan segera mengambil tempat duduk dibagian paling depan persis didepan panggung yang mungkin berjarak Cuma 2 meter. Kemudian acara segera dimulai dengan ditandai oleh prelude atau semacam kata pembukaan oleh seorang perempuan setengah baya yang bertindak sebagai MC pada konser ini. Pada kata pembukaan konser ini sang MC memperingatkan para penonton untuk tidak mengambil atau merekam gambar dalam bentuk apapun ( photo, video atau audio ). Mendengar statement ini aku agak kecewa karena aku sudah sengaja menyediakan handycam didalam tasku dan camera digital didalam saku celanaku. Tapi aku nggak ambil pusing dengan larangan tersebut, dan tetap saja mengambil beberapa gambar dengan cara mencuri-curi moment yang tepat sambil tetap duduk manis agar tak mencurigakan. Camera digitalku aku set tidak menggunakan blitz dan aku atur diafragmanya agar cahaya ruangan konser yang agak temaram bisa terekam di cameraku. Aku nggak bisa mengangkat tanganku terlalu tinggi untuk dapat melihat gambar dari viewfinder atau display LCD camera dan hadycamku. Camera aku letakkan diatas paha / pangkuan. Aku Cuma dapat melihat sedikit pada LCDnya dan mengira-ngira, jadi orang-orang yang berada dibelakangku mungkin nggak mengira aku mengambil gambar. Sambil tetap menikmati alunan music klasik yang syahdu dan getting stunned.

Entah kenapa ketika mendengarkan alunan perpaduan musik dari Cello nya Damien dan Piano nya Sam aku sepertinya terhipnotis, tanpa sadar tangan kiriku menopang dagu dengan siku bersandar pada perut dan bola mata menatap kedua musisi Eropa tersebut tanpa berkedip. Alunan musik mereka baru pertama kali ini aku dengar tapi entah aku merasa sudah sangat familiar. Seperti ilustrasi musik di film-film drama Royal yang berseting Eropa atau Perancis abad ke 18 dan 19. Seperti musik di zaman Victorian England abad ke 18 dan 19, seperti musik yang mengalun dari ruang Grand Hall rumah bangsawan Lord atau Duke of England atau bangsawan Count Perancis dengan wig keritingnya. Dan yang aku suka mereka membawakan salah satu karya Chopin, tapi terus terang aku nggak tahu judulnya, aku tahu itu karya chopin karena sebelum mereka memainkan, Damien bilang ke para penonton bahwa karya selanjutnya yang mereka mainkan adalah musik yang digubah oleh Chopin. Begitulah mungkin kira-kira yang aku tangkap dari ucapannya dalam bahasa inggris dengan aroma croissant ( karena Damien berasal dari Perancis ). Dan dengan jenakanya Damien bilang ke penonton “ IF YOU WANT TO DANCE, ….PLEASE”. Maksudnya kalau ada penonton yang mau berdansa silahkan saja. Dan para penonton cuma tertawa saja menanggapi tantangan Damien ini. Kemudian Sam Haywood dengan logat british nya. Kalau aku lihat tampangnya yang innocent itu dengan rambut keriting serta kacamatanya, mengingatkanku dengan tampang Erlend Oye frontman nya “King of Convenience” itu.

Dan sekedar info nih, Damien Ventula pernah bergabung dan berkarir dengan Berliner Symphony Orchestra dibawah arahan ( conductor ) Eliahu Inbal. Dan pada Desember 2005 dia dinominasikan untuk penghargaan dari pemerintah Perancis sebagai “Revelation soliste instrumental”. Well…about Sam Haywood, I think He has now established himself as one of the leading pianists of his generation. He has written the music for a children’s opera, which was given three performances in London. And as a fortepianist He has broadcast on radio as part of the BBC’s Early Music Festival and was awarded the Early Music prize at the Royal Academy of Music.

Meet the fabulous Andrea Hirata




Well,….karena keinginan untuk bertemu Andrea Hirata secara langsung, kemaren 28 Nov 2007 aku sengaja bolos kerja agar bisa berkunjung ke Gramedia Book Fair di Sabuga. Disitu ada acara Nobility Of Teaching ( talk show ) dan Andrea menjadi pembicara dalam diskusi tersebut bersama dengan ibu Muslimah Hafsari ( Guru SD nya Andrea sewaktu disekolah Muhammadiyah Belitung ). Setelah acara talk show tersebut ada sesi acara pemberian tanda tangan yang dilakukan langsung oleh Andrea. Persis di depan booth stand nya Mizan, Andrea dan juga ibu Muslimah duduk dibelakang sebuah meja, dan aku langsung masuk kedalam baris antrian yang untungnya pada saat itu aku dibarisan ke 12. Karena acara pemberian tanda tangan nya barusan dimulai, dan aku gak perlu berjubel-jubel. Tapi apa yang terjadi beberapa menit kemudian setelah Andrea membubuhkan tanda tangan nya di ketiga buku tetralogi ( Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor ) punyaku. Antrian sudah tak terhingga panjangnya dan orang-orang ( ibu-ibu dan mahasiswi ) berdesakan tak terkendali sehingga harus ditertibkan oleh liaison officer nya Andrea ( yang jumlahnya cukup banyak memakai kaos kuning lengan hitam dengan tulisan Laskar Pelangi pada bagian belakangnya ). Adegan heboh tanda tangan buku seperti ini mengingatkan aku pada feature news yang disiarkan oleh beberapa TV swasta beberapa waktu yang lalu tentang JK Rowling yang memberikan tanda tangan nya pada peluncuran buku Harry Potter di sebuah toko buku di kota London.
Padahal aku ingin minta diphoto secara personal berdua dengan Andrea Hirata, tapi dengan kondisi seperti itu dan juga waktunya Andrea mungkin yang sangat padat. Akhirnya keinginan itu aku batalkan, dan aku hanya bisa curi-curi photo dengan posisi berada disebelah Andrea yang sedang sibuk menandatangani buku-buku.
Well,.....Andrea Hirata memang benar-benar sudah menjadi selebritis sastra di negeri ini. Dan Andrea akan selalu menjadi penulis terfavoritku sepanjang masa bersama Kahlil Gibran, Muhammad Iqbal, Rumi, Annemarie Schimmel, Kate di Camilo, Paulo Coelho dan Milan Kundera.

Religious Feast Day of Idul Adha





Tulisan ini telat aku posting disini, seharusnya sepuluh hari yang lalu. Karena aku lupa mengingat password blog ku ini. Tapi gak apa-apa dari pada tidak ku posting sama sekali cerita mengenai Hari Raya Idul Adha yang selalu berkesan bagiku di tiap tahunnya.

Takbir berkumandang semenjak malam itu sampai fajar terbit. Hari ini Hari raya Idul Adha 1428 H ( Iedul Qurban ) dirayakan. Alhamdulillah senang rasanya bisa kembali menjumpai hari raya besar kedua umat Islam tahun ini, dan selalu akan merindukannya ditahun-tahun mendatang. Seperti biasa setiap tahun dihari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha, aku selalu melaksanakan sholat Ied di komplek ITB yang sangat luas ini. Kalau sekitar 4-5 tahun kebelakang kami sholat di ITB ini di komplek masjid Salman, kemudian tahun berikutnya di lapangan depan fakultas Desain dan Seni – Aula Barat dan Timur ITB, dan kemudian 2 tahun belakangan ini sholat Ied diadakan persis dihalaman didepan gedung Pusat Studi Baru yang ada lapangan bola basket serta koridor dan sidewalks nya yang luas. Disini suasananya sangat tenang, nyaman dan sedikit rimbun karena ada pepohonannya. Tapi tarif parkir mobilnya sedikit mahal, yakni Rp.5000,-. Mungkin karena setahun dua kali dihari raya, tukang parkir dadakan disekitar ITB ini meraih keuntungan dalam kesempatan yang cuma dua kali itu. Yah…biarin aja, sudah rezekinya mereka kali.
Well,….sampai ketemu dihari raya tahun depan yah.

Tuesday, December 18, 2007

Buku Fenomenal Tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor

Rangkaian penuturan kisah memoar seorang putra melayu kepulauan yang sangat indah menggugah, mengisahkan pelajaran hidup penuh dengan highlight romansa perjuangan melankolis, mengharu-biru, hopeless tapi optimis, impian-impian ”pungguk merindukan rembulan” masa kecil, kisah persahabatan yang melebihi kentalnya darah, dan hasrat yang membubung langit untuk berkelana ke penjuru dunia untuk meresapi saripati hidup. Sungguh suatu rangkaian kisah yang sangat menginspirasi dan tak terlupakan. Membaca rangkaian kisah tetralogi ini membuatku serasa membaca halaman per halaman buku diariku, seolah aku memandang sebuah motion picture diorama masa kecil laluku. Menyeruak dari balik daun pintu bari berlari menuruni tangga rumah panggung, tak sabar tuk menjemput hamparan padang bermain penuh khayal, kaki-kaki kecilku berlari menggaris padang rumput ilalang, berbaring ditengah hamparan klisak memandangi langit biru.


Ketika membaca rangkaian kisah tetralogi ini tak terasa butiran-butiran airmataku meleleh dari sudut bola mata, menusuk-nusuk jalinan sensitivity syaraf-syaraf sensory yang berada di kepala dan sekujur tubuhku, ku terhipnotis dan terbawa oleh perasaan. Kisah petualangan dan persahabatan Ikal dan Arai ini melebihi legenda kisah petualangan Tom Sawyer dan Huckleberry Finn ataupun petualangan melancholic sentimental Oliver Twist. Dan pada akhirnya aku sangat gembira ketika sang pungguk Melayu ini berhasil merengkuh rembulan yang ia rindukan. Ikal dan kisahnya telah menyalakan sumbu semangat ”WANDERLUST”ku.